Singapura mengungkap kasus pencucian uang terbesar dalam sejarah, dengan jumlah uang yang terlibat mencapai 12,8 miliar.
Polisi Singapura baru-baru ini mengungkap kasus pencucian uang terbesar dalam sejarah negara tersebut. Seiring dengan perkembangan penyelidikan, jumlah yang terlibat terus meningkat, dari awalnya 5,4 miliar yuan, melonjak menjadi 12,8 miliar yuan. Angka yang mengejutkan ini memicu perhatian luas dari berbagai kalangan masyarakat.
Saat ini, polisi telah menangkap 10 tersangka utama, dan 8 orang lainnya masih buron dan dicari. Di antara tersangka yang ditangkap, banyak yang memiliki kewarganegaraan ganda, dan sebagian besar berasal dari daerah Fujian, China. Yang lebih mengejutkan, beberapa di antara mereka sudah menjadi buronan di China.
Seiring dengan terungkapnya kasus ini, sebuah jaringan kriminal besar yang melibatkan perjudian online, penipuan, dan Pencucian Uang muncul ke permukaan. Ukuran dan kompleksitas metode kelompok kriminal ini sebanding dengan plot film.
Polisi menyita sejumlah besar aset dalam operasi, termasuk 110 properti, 62 mobil mewah, tas barang mewah, dan perhiasan. Hanya dana di rekening bank yang dibekukan saja sudah lebih dari 5,5 miliar yuan, uang tunai lebih dari 380 juta yuan, serta 68 batang emas dan aset virtual senilai 190 juta yuan.
Kelompok kriminal ini telah memasuki Singapura sejak 2017 dan melakukan kegiatan pencucian uang dengan menyamarkan diri melalui pengoperasian toko, investasi properti, dan kasino. Mereka mengubah pendapatan ilegal menjadi dana yang sah dengan cara membuat banyak perusahaan cangkang, membeli properti mewah, dan terlibat dalam perjudian.
Survei menunjukkan bahwa dana ini terutama berasal dari perjudian online dan aktivitas penipuan. Yang paling mencolok adalah dua tersangka utama: Wang Shuiming dan Su Haijin. Wang Shuiming dikenal sebagai "Daming Zong" di dunia perjudian online, yang memiliki beberapa grup perjudian dengan total karyawan lebih dari 10.000 orang. Su Haijin adalah salah satu kepala penipuan online di Filipina, sekaligus seorang tokoh sosialita yang sering terlibat dalam kegiatan amal untuk meningkatkan popularitas.
Kasus ini tidak hanya mengungkapkan celah di Singapura dalam hal pencucian uang dan pemeriksaan visa, tetapi juga berdampak pada reputasinya sebagai pusat keuangan. Pemerintah Singapura dan lembaga keuangan telah mulai mengambil langkah-langkah untuk memperkuat pemeriksaan terhadap dana mencurigakan dan pelanggan berisiko tinggi.
Bagi industri cryptocurrency, karena pelaku kriminal menggunakan USDT untuk Pencucian Uang, peristiwa ini mungkin akan menyebabkan Singapura semakin memperketat regulasi terhadap mata uang virtual.
Menteri Hukum dan Dalam Negeri Singapura menyatakan bahwa setelah dinyatakan bersalah, para pelanggar hukum akan menjalani hukuman penjara di Singapura, dan setelah menjalani hukuman, mereka akan dideportasi. Namun, karena saat ini tidak ada perjanjian ekstradisi antara China dan Singapura, ada ketidakpastian mengenai tujuan akhir para pelanggar hukum ini.
Kasus besar yang belum pernah terjadi sebelumnya ini tidak hanya menunjukkan kemampuan lembaga penegak hukum Singapura, tetapi juga membunyikan alarm untuk upaya anti pencucian uang di seluruh dunia. Ini mengingatkan kita bahwa dalam lingkungan keuangan yang semakin kompleks, setiap negara perlu memperkuat kerjasama untuk bersama-sama memerangi kejahatan keuangan lintas negara.
Lihat Asli
This page may contain third-party content, which is provided for information purposes only (not representations/warranties) and should not be considered as an endorsement of its views by Gate, nor as financial or professional advice. See Disclaimer for details.
13 Suka
Hadiah
13
3
Bagikan
Komentar
0/400
WhaleSurfer
· 13jam yang lalu
Ini adalah Pencucian Uang, bukan berenang ya.
Lihat AsliBalas0
ponzi_poet
· 13jam yang lalu
Sekali lagi USDT yang disalahkan
Lihat AsliBalas0
TxFailed
· 13jam yang lalu
duh... klasik pencampuran kejahatan dan crypto smh. inilah sebabnya mengapa kita tidak bisa memiliki hal-hal baik di web3
Singapura membongkar kasus pencucian uang lintas negara senilai 128 miliar, USDT menjadi alat kejahatan
Singapura mengungkap kasus pencucian uang terbesar dalam sejarah, dengan jumlah uang yang terlibat mencapai 12,8 miliar.
Polisi Singapura baru-baru ini mengungkap kasus pencucian uang terbesar dalam sejarah negara tersebut. Seiring dengan perkembangan penyelidikan, jumlah yang terlibat terus meningkat, dari awalnya 5,4 miliar yuan, melonjak menjadi 12,8 miliar yuan. Angka yang mengejutkan ini memicu perhatian luas dari berbagai kalangan masyarakat.
Saat ini, polisi telah menangkap 10 tersangka utama, dan 8 orang lainnya masih buron dan dicari. Di antara tersangka yang ditangkap, banyak yang memiliki kewarganegaraan ganda, dan sebagian besar berasal dari daerah Fujian, China. Yang lebih mengejutkan, beberapa di antara mereka sudah menjadi buronan di China.
Seiring dengan terungkapnya kasus ini, sebuah jaringan kriminal besar yang melibatkan perjudian online, penipuan, dan Pencucian Uang muncul ke permukaan. Ukuran dan kompleksitas metode kelompok kriminal ini sebanding dengan plot film.
Polisi menyita sejumlah besar aset dalam operasi, termasuk 110 properti, 62 mobil mewah, tas barang mewah, dan perhiasan. Hanya dana di rekening bank yang dibekukan saja sudah lebih dari 5,5 miliar yuan, uang tunai lebih dari 380 juta yuan, serta 68 batang emas dan aset virtual senilai 190 juta yuan.
Kelompok kriminal ini telah memasuki Singapura sejak 2017 dan melakukan kegiatan pencucian uang dengan menyamarkan diri melalui pengoperasian toko, investasi properti, dan kasino. Mereka mengubah pendapatan ilegal menjadi dana yang sah dengan cara membuat banyak perusahaan cangkang, membeli properti mewah, dan terlibat dalam perjudian.
Survei menunjukkan bahwa dana ini terutama berasal dari perjudian online dan aktivitas penipuan. Yang paling mencolok adalah dua tersangka utama: Wang Shuiming dan Su Haijin. Wang Shuiming dikenal sebagai "Daming Zong" di dunia perjudian online, yang memiliki beberapa grup perjudian dengan total karyawan lebih dari 10.000 orang. Su Haijin adalah salah satu kepala penipuan online di Filipina, sekaligus seorang tokoh sosialita yang sering terlibat dalam kegiatan amal untuk meningkatkan popularitas.
Kasus ini tidak hanya mengungkapkan celah di Singapura dalam hal pencucian uang dan pemeriksaan visa, tetapi juga berdampak pada reputasinya sebagai pusat keuangan. Pemerintah Singapura dan lembaga keuangan telah mulai mengambil langkah-langkah untuk memperkuat pemeriksaan terhadap dana mencurigakan dan pelanggan berisiko tinggi.
Bagi industri cryptocurrency, karena pelaku kriminal menggunakan USDT untuk Pencucian Uang, peristiwa ini mungkin akan menyebabkan Singapura semakin memperketat regulasi terhadap mata uang virtual.
Menteri Hukum dan Dalam Negeri Singapura menyatakan bahwa setelah dinyatakan bersalah, para pelanggar hukum akan menjalani hukuman penjara di Singapura, dan setelah menjalani hukuman, mereka akan dideportasi. Namun, karena saat ini tidak ada perjanjian ekstradisi antara China dan Singapura, ada ketidakpastian mengenai tujuan akhir para pelanggar hukum ini.
Kasus besar yang belum pernah terjadi sebelumnya ini tidak hanya menunjukkan kemampuan lembaga penegak hukum Singapura, tetapi juga membunyikan alarm untuk upaya anti pencucian uang di seluruh dunia. Ini mengingatkan kita bahwa dalam lingkungan keuangan yang semakin kompleks, setiap negara perlu memperkuat kerjasama untuk bersama-sama memerangi kejahatan keuangan lintas negara.