Baru-baru ini, fluktuasi data ekonomi Amerika Serikat memicu spekulasi di pasar tentang arah kebijakan The Federal Reserve (FED). Awalnya, The Federal Reserve (FED) dalam keputusan suku bunganya menyatakan bahwa, mengingat tingkat inflasi saat ini yang cukup tinggi dan ketidakpastian tarif, memutuskan untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah. Keputusan ini tampaknya didukung oleh data kuat pertumbuhan GDP kuartal kedua AS sebesar 3%, yang mengisyaratkan kondisi ekonomi yang baik, tanpa perlu pemotongan suku bunga untuk mendorong.
Namun, laporan pekerjaan bulan Juli yang baru diumumkan memberikan kejutan yang tidak terduga bagi pasar. Data menunjukkan bahwa jumlah pekerjaan baru yang ditambahkan pada bulan Juli hanya 73.000, jauh di bawah perkiraan 110.000, sementara tingkat pengangguran meningkat menjadi 4,2%. Yang lebih mengkhawatirkan adalah bahwa Departemen Tenaga Kerja telah mengurangi secara signifikan data pekerjaan untuk bulan Mei dan Juni, dengan total pengurangan 258.000 pekerjaan selama dua bulan.
Data ketenagakerjaan yang mengecewakan ini segera memicu reaksi tajam di pasar keuangan. Indeks Dow Jones Industrial Average turun 1,23%, Indeks S&P 500 turun 1,6%, sedangkan Indeks Nasdaq yang didominasi saham teknologi anjlok 2,24%. Sementara itu, sentimen menghindar dari risiko mendorong harga emas naik lebih dari 2%.
Kinerja data ketenagakerjaan yang lemah membuat The Federal Reserve (FED) berada dalam dilema. Di satu sisi, tekanan inflasi masih ada, di sisi lain, pasar tenaga kerja menunjukkan tanda-tanda kelemahan yang jelas. Dalam situasi ini, The Federal Reserve (FED) perlu mencari titik keseimbangan antara mengendalikan inflasi dan merangsang lapangan kerja, yang jelas meningkatkan kompleksitas dalam pengambilan kebijakan.
Pasar secara umum percaya bahwa laporan pekerjaan ini mungkin akan memengaruhi keputusan suku bunga The Federal Reserve (FED) di masa depan. Meskipun sebelumnya Ketua The Federal Reserve (FED) Powell telah berulang kali menekankan bahwa tujuan utama The Federal Reserve (FED) adalah menjaga stabilitas pekerjaan dan mengendalikan inflasi, tetapi mengingat data pekerjaan yang begitu lemah, apakah mereka akan mempertimbangkan kembali kemungkinan penurunan suku bunga masih menjadi pertanyaan yang belum terjawab.
Perlu dicatat bahwa akurasi data ketenagakerjaan juga menjadi fokus diskusi. Ada pendapat yang meragukan keaslian data, menganggap mungkin ada kecurigaan manipulasi. Namun, keraguan ini tidak didukung oleh bukti substansial. Bagaimanapun, laporan ketenagakerjaan ini tidak diragukan lagi memberikan bayangan pada prospek ekonomi Amerika Serikat, serta membawa tantangan baru bagi para pembuat kebijakan.
Ke depan, pasar akan memperhatikan secara cermat arah kebijakan The Federal Reserve (FED), serta kinerja data ekonomi selanjutnya. Dalam konteks ketidakpastian ekonomi global yang meningkat, arah pasar tenaga kerja Amerika Serikat akan menjadi indikator penting untuk menilai kesehatan ekonomi.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
6 Suka
Hadiah
6
3
Bagikan
Komentar
0/400
PanicSeller69
· 17jam yang lalu
Siapa yang percaya data palsu?
Lihat AsliBalas0
FlyingLeek
· 17jam yang lalu
Penurunan suku bunga stabil, berbaring menunggu kemiskinan.
Baru-baru ini, fluktuasi data ekonomi Amerika Serikat memicu spekulasi di pasar tentang arah kebijakan The Federal Reserve (FED). Awalnya, The Federal Reserve (FED) dalam keputusan suku bunganya menyatakan bahwa, mengingat tingkat inflasi saat ini yang cukup tinggi dan ketidakpastian tarif, memutuskan untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah. Keputusan ini tampaknya didukung oleh data kuat pertumbuhan GDP kuartal kedua AS sebesar 3%, yang mengisyaratkan kondisi ekonomi yang baik, tanpa perlu pemotongan suku bunga untuk mendorong.
Namun, laporan pekerjaan bulan Juli yang baru diumumkan memberikan kejutan yang tidak terduga bagi pasar. Data menunjukkan bahwa jumlah pekerjaan baru yang ditambahkan pada bulan Juli hanya 73.000, jauh di bawah perkiraan 110.000, sementara tingkat pengangguran meningkat menjadi 4,2%. Yang lebih mengkhawatirkan adalah bahwa Departemen Tenaga Kerja telah mengurangi secara signifikan data pekerjaan untuk bulan Mei dan Juni, dengan total pengurangan 258.000 pekerjaan selama dua bulan.
Data ketenagakerjaan yang mengecewakan ini segera memicu reaksi tajam di pasar keuangan. Indeks Dow Jones Industrial Average turun 1,23%, Indeks S&P 500 turun 1,6%, sedangkan Indeks Nasdaq yang didominasi saham teknologi anjlok 2,24%. Sementara itu, sentimen menghindar dari risiko mendorong harga emas naik lebih dari 2%.
Kinerja data ketenagakerjaan yang lemah membuat The Federal Reserve (FED) berada dalam dilema. Di satu sisi, tekanan inflasi masih ada, di sisi lain, pasar tenaga kerja menunjukkan tanda-tanda kelemahan yang jelas. Dalam situasi ini, The Federal Reserve (FED) perlu mencari titik keseimbangan antara mengendalikan inflasi dan merangsang lapangan kerja, yang jelas meningkatkan kompleksitas dalam pengambilan kebijakan.
Pasar secara umum percaya bahwa laporan pekerjaan ini mungkin akan memengaruhi keputusan suku bunga The Federal Reserve (FED) di masa depan. Meskipun sebelumnya Ketua The Federal Reserve (FED) Powell telah berulang kali menekankan bahwa tujuan utama The Federal Reserve (FED) adalah menjaga stabilitas pekerjaan dan mengendalikan inflasi, tetapi mengingat data pekerjaan yang begitu lemah, apakah mereka akan mempertimbangkan kembali kemungkinan penurunan suku bunga masih menjadi pertanyaan yang belum terjawab.
Perlu dicatat bahwa akurasi data ketenagakerjaan juga menjadi fokus diskusi. Ada pendapat yang meragukan keaslian data, menganggap mungkin ada kecurigaan manipulasi. Namun, keraguan ini tidak didukung oleh bukti substansial. Bagaimanapun, laporan ketenagakerjaan ini tidak diragukan lagi memberikan bayangan pada prospek ekonomi Amerika Serikat, serta membawa tantangan baru bagi para pembuat kebijakan.
Ke depan, pasar akan memperhatikan secara cermat arah kebijakan The Federal Reserve (FED), serta kinerja data ekonomi selanjutnya. Dalam konteks ketidakpastian ekonomi global yang meningkat, arah pasar tenaga kerja Amerika Serikat akan menjadi indikator penting untuk menilai kesehatan ekonomi.